Arsip untuk November, 2009

https://i0.wp.com/img528.imageshack.us/img528/494/meteorstriketa2.jpgSore itu perhatianku tertarik pada suatu acara penelitian ilmiah di metro tv. Sejak lama aku memang tertarik pada penelitian-penelitian ilmiah, karena pada akhirnya nanti penelitian itu akan membawa keyakinanku pada Al-Qur’an bertambah kuat. Seperti hari ini contohnya,tanggal 21 November 2009 sekitar pukul 15.30, aku menyaksikan tayangan mengenai penelitian asal-usul tata surya, khususnya asal-usul makhluk hidup. Kita semua tahu bahwa air adalah sumber kehidupan, nah fokus penelitian pada tayangan ini adalah dari manakah air di bumi ini berasal, dan awal datangnya makhluk hidup.

Setelah melalui proses penelitian yang panjang, rumit dan menelan biaya yang sangat besar, karena mereka harus sampai mengorbitkan alat perekam material khusus  ke luar angkasa yang pada akhirnya membawa pada satu kesimpulan bahwa pada awalnya bumi itu hanyalah planet yang mati, dengan suhu yang masih sangat tinggi sehingga tidak dapat didiami makhluk hidup, kemudian dengan adanya komet-komet yang jatuh ke bumi dengan beberapa diantaranya membawa air dan menguap lalu mengendap di atmosfer bumi. Proses ini berlangsung jutaan tahun, hingga pada akhirnya suhu permukaan menurun dan air mulai turun dari langit, begitu menurut penelitian mereka dan hewan-hewan seperti yang kita ketahui pengikut darwin ini tetap berpegang bahwa semua makhluk hidup berasal dari makhluk ber sel tunggal yang kemudian berevolusi menjadi manusia. Pada awalnya aku hanya berpikir singkat ‘kurang kerjaan banget nih orang meneliti darimana datengnya aer,, ya jelas Allah yang menciptakannya’ begitu pikirku

Malam harinya aku membuka buku berjudul Fenomena Kalam Ilahi karangan Muhammad Quthb  untuk sekedar menambah wawasan keislaman, di dalamnya aku membaca surat Al-Baqarah : 163-164 yang Artinya

Dan Rabbmu adalah Rabb Yang Maha Esa; tidak ada ilah melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang .  Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,   dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan,    dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Awalnya aku merasa tidak ada yang aneh dengan ayat tersebut, tetapi karena agak panjang maka ku coba untuk mengulang membacanya kalimat perkalimat, hingga sampai pada kalimat yang dibold, hati ku bergetar, merinding,  dan tidak ada yang bisa ku ucapkan selain  Subhanallah….

Kurang puas, maka ku ulang lagi “…dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air..” Ayat ini memberitahukan bahwa pada awalnya Allah menurunkan air dari langit. Bukan air hujan  karena jika maksudnya air hujan maka harusnya air sudah ada lebih dahulu di bumi  yang kemudian mengikuti siklus air yang telah kita pelajari dari sd bahwa air di bumi menguap dan menjadi hujan, lagipula dalam Al-Qur’an ada ayat yang menerangkan tentang hujan, silakan baca Q.S Al-A’raaf : 57.

Sedangkan pada kalimat berikutnya diterangkan ..lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati(kering)-nya… artinya pada awalnya planet bumi hanyalah planet mati yang kering hingga tidak ada makhluk yang dapat hidup, sampai Allah menurunkan air dari langit. Walaupun tidak secara mendetail melalui media apa air itu diturunkan, akan tetapi  dari penelitian ilmuwan dan berdasarkan bukti-bukti yang mereka dapati bahwa air memang berasal dari luar angkasa. Yang jelas hingga saat ini masih terdapat jutaan bongkahan es di luar angkasa di sekitar planet Neptunus dan Uranus.

Kemudian untuk asal-usul makhluk hidup khususnya hewan ada pada kalimat berikutnya .. Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan.. disinilah bahwa makhluk hidup diciptakan Allah menurut jenis-jenisnya, bukan dari teori evolusi darwin yang mengatakan bahwa makhluk hidup berasal dari sel tunggal yang kemudian berevolusi menjadi berbagai hewan sampai ada yang menjadi manusia, silakan baca bukunya Harun Yahya yang membantah teori Evolusi ini…

Jadi, dari penelitian yang menghabiskan waktu dan tekhnologi modern yang ada pada saat ini, pada akhirnya kembali membenarkan apa yang telah Rasulullah sampaikan pada masa sebelum ada teknologi di masa itu. Selain daripada bahwa apa yang disampaikan Rasulullah hanyalah berasal dari Allah Yang Maha Menciptakan langit dan bumi.

Maha Suci Allah dengan segala firman-Nya

Batam, 21 November 2009

Cahaya Masa Lalu

Posted: 27 November 2009 in Meja Redaksi
Tag:, , , ,

https://i0.wp.com/1.bp.blogspot.com/_yxeywQR9BSE/THDDODsK8nI/AAAAAAAAAHI/k1WNk0-5n6s/s320/images.jpgSebelumnya, mungkin ada satu hal yang harus aku pertanyakan. Tentu saja pertanyaan ini aku tujukan pada diriku sendiri, yaitu apakah hanya aku seorang yang tersadar karena merasa pintar atau saking bodohnya aku hingga diusiaku yang sudah menginjak umur 20-an tahun ini, aku baru saja mengetahui bahwa…

Cahaya dari objek langit baik itu  bintang ataupun galaksi yang kita lihat dari bumi, ternyata sodara-sodara!!.. berasal dari masa lalu. Entah bagaimana caranya terlintas begitu saja dipikiranku ingatan ketika masih duduk di bangku sekolah dulu, sebenernya sih cuma sedikit yg aku ingat yaitu satuan Tahun Cahaya. Satuan yang digunakan dalam pengukuran jarak antar suatu benda. Benda yang ku maksud disini tentunya adalah planet, bintang atau galaksi.

Singkatnya, sekilas pemikiran yang ingin gw share di sini adalah ketika loe-loe pade melihat cahaya suatu bintang X misalnya, yang berjarak 100 tahun cahaya dari bumi. Dan seandainya 1 tahun cahaya = 100 Tahun Masehi (bisa-bisanya gw aja), jadi cahaya yang kita lihat tadi berasal dari masa 10.000 tahun yang lalu… paham??.. oh ada yang belum paham.. baiklah..

Jadi pada saat cahaya bintang X tadi mulai berpendar maka cahaya tersebut baru akan sampai di bumi atau tepatnya ditangkap oleh mata kita 10.000 tahun kemudian..cahaya dari masa lalu bukan??

Pesan Moral :

  1. 1. Titipkan salam pada bintang untuk anak cucu mu dimasa yang akan datang.
  2. 2. Umur manusia ga ada yang sepanjang ituh… bertobatlah..
Al-Qur’an dan Bumi

Dengan perpanjangannya yang menghujam jauh ke dalam maupun ke atas permukaan bumi, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi yang berbeda, layaknya pasak. Kerak bumi terdiri atas lempengan-lempengan yang senantiasa dalam keadaan bergerak. Fungsi pasak dari gunung ini mencegah guncangan dengan cara memancangkan kerak bumi yang memiliki struktur sangat mudah bergerak.

Al Qur’an mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung.

“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka…” (Al Qur’an, 21:31)
Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi.
Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern.
Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung.
Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.
Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut: Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma. (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305)

Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah perumpamaan sebagai “pasak”:
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?” (Al Qur’an, 78:6-7)
Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah “isostasi”. Isostasi bermakna sebagai berikut:
Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster’s New Twentieth Century Dictionary, 2. edition “Isostasy”, New York, s. 975)

Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Qur’an berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung dalam ciptaan Allah.

“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka…” (Al Qur’an, 21:31)
Sumber : Keajaiban Al-Qur’an, Harun Yahya

Sudah dua bulan terakhir ini saya membaca  surat kabar Harian Kompas (HK) di Kompas.com khususnya kolom Surat Pembaca. Entah mengapa kolom ini membuat saya tertarik untuk mengikuti jalan cerita atau kasus yang diadukan oleh kebanyakan konsumen atau pemakai jasa  kepada produsen yang bersangkutan, hanya saja surat pengaduan tersebut dikirim melalui HK dan pasti terekspose ke masyarakat. Menariknya di sini, saya melihat bahwa setiap masalah yang diadukan dan dimuat di HK akan terlihat hasilnya, dengan kata lain masalah tersebut terselesaikan, menarik bukan??,,, bukaann,, haha.. dan menurut saya kolom ini sangat membantu korban-korban kesalahan administrasi atau pelayanan yang buruk dari suatu perusahaan.

Tetapi  setelah sekian lama membaca kolom Surat Pembaca ini, sempat terpikir apakah begini cara kerja perusahaan-perusahaan di Indonesia. Suatu permasalahan  akan diambil tindak lanjutnya apabila telah terekspose di surat kabar. Masalahnya, bagaimana dengan konsumen atau pemakai jasa yang enggan bahkan terlalu malas untuk mengirimkan permasalahannya ke surat kabar, apakah akan ditindak lanjut juga?? Bukan tidak mungkin mereka akan diabaikan kalau melihat jalan cerita kebanyakan surat yang dimuat. Maksudnya, dari Surat Pembaca tersebut diceritakan bahwa sudah ada inisiatif dari konsumen atau pemakai jasa untuk terlebih dahulu melaporkan permasalahannya kepada perusahaan bersangkutan, tetapi karena tidak ada tindak lanjut yang bahkan sampai berbulan-bulan belum juga ada penyelesaiannya, akhirnya  si korban mengirimkan permasalahannya ke kolom Surat Pembaca HK and you know what??Tidak sampai satu minggu sejak suratnya dimuat, permasalahan selesai.

Jika demikian, lalu apa gunanya call center yang memang dibuat untuk menampung keluhan-keluhan konsumen jika pada akhirnya keluhan tersebut harus sampai terekspose ke media massa juga. Atau memang hanya berfungsi untuk menampung bukan menyelesaikan keluhan, entahlah..